MAKALAH
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PENCIPTA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi 2
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, M.S.I
Disusun oleh:
Lia Ifana
2021110086
B
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
PENDAHULUAN
Agama
Islam adalah ciptaan Allah dengan bersendikan iman, islam, islam dan
ihsan, ketiganya mempunyai nilai keluhuran yang tinggi dibanding
agama-agama lain ciptaan manusia.
Inilah
agama Islam yang seharusnya dianut oleh seluruh umat manusia di muka
bumi ini untuk mengatur, membimbing, dan mengatur manusia seutuhnya agar
hidup sejahtera dunia akhirat. Agar dapat menjadi pemeluk agama Islam
yang benar dan berlaku baik (habluminallah) hubungan manusia dengan
pencipta maka hemdaknya mempelajari agama Islam secara menyeluruh.
Wujud
bangunan Islam berikut sendi-sendinya, yaitu iman, islam, dan ihsan
beserta seluruh cabang dan ranting nya yang dapat menyempurnakan wujud
agama islam secara utuh.
Iman
merupakan cerminan pentingnya aqidah (kepercayaan dan keyakinan), islam
mencerminkan syari’at agama islam yang wajib dilaksanakan oleh
seseorang dan ihsan mencerminkan tujuan ibadah dan pedoman utama
hubungan manusia dengan Allah dengan sesama dan lingkungannya.
Dalam
makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hadits tentang
pencipta dan tiga sendi agama Islam, iman, Islam, dan ihsan.
PEMBAHASAN
A. Materi Hadits
ILMU TENTANG ATURAN DAN HUKUM
(Hubungan manusia dengan Pencipta)
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ:{كَانَ النَّبِيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَارِزًا يَوْمًا للِنَّاسِ فَاءَتَاهُ
جِبْرِيْلُ فَقَالَ مَا اْلاِيْمَانُ قَالَ الاِيْمَانُ اَنْ تُؤْ مِنَ
بِااللهِ وَمَلاَءِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَاءِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ
بِاالبَعْثِ قَالَ مَا اْلاِسْلاَمُ قَالَ اْلاِسْلاَمُ أُنْ تَعْبُدَ
اللهِ وَلاَتُشْرِكَ بِهِ شَيْءًا وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤَدِيَ
الزَّكَلةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ قَالَ مَا الإِحْسَانُ
قَالَ اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ
فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ مَا المَسْـءُولُ عَنْهَا
بِأَعْلَمَ مِنَ السَّاعِلِ وَسَاءُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا
اِذَا وَلَدَتْ الأَمَةُ رَبَّهَا وَاِذَا تَطَاوَلَ رُعْاةُ اْلاِبِلِ
اْليُهْمُ فِي اْلبُنْيَانِ فِيْ خَمْسٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلأَاللهُ
ثُمَّ تَلاَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ اللهَ
عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ اْلايَةِ ثُمَّ اَدْ بَرَ فَقَالَ رُدُّوْهُ
فَلَمْ يَرَوْا شَيْـءًا فَقَالَ هَذَا جِبْرِيْلُ جَاءَ
يُعَلِّمُ النَّاسَ دِيْنَهُمْ} قَالَ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ جَعَلَ ذلِكَ
كُلُّهُ مِنْ اْلاِيْمَانِ. (رواه البخارى فى الصّحيح, كتاب الايمان, باب
سؤل جبريل النبي عن الايمان والاسلام, واحسان).[1]
B. Terjemah Hadits
Dari
Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa suatu hari Nabi Muhammad SAW sedang
tampak di hadapan orang-orang. Tiba-tiba datang kepadanya seorang pria
dan bertanya” apakah arti iman?”. Rasulullah menjawab” iman ialah
percaya kepada Allah, kepada malaikatnya, rasulnya dan kepada
kebangkitan”. Kemudian orang tersebut kembali bertanya” apa artinya
Islam?” Nabi menjawab.” Islam yaitu menyembah Allah dan tidak
mempersekutukannya, menegakkan sholat dan membayar zakat dan puasa
ramadhan”. Lalu dia kembali bertanya”apakah ari ikhsan?” Ihsan adalah
menyembah Allah seolah-olah engkau melihat dia. Biarpun engkau tidak
melihatnya, maka sesungguhnya dia melihat engkau”. Orang tersebut
bertanya lagi,”kapankah hari kiamat? Nabi menjawab”orang yang ditanya
tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tapi akan kuterangkan
tanda-tandanya, yaitu apabila budak perempuan melahirkan majikannya
apabila pengembala domba telah termegah-megahan dalam gedung yang indah
mewah, dan kiamat adalah salah satu dari lima rahasia Allah, dan hanya
dia yang mengetahuinya”. Kemudian Rasulullah membaca” hanya dia yang
mengetahui hari kiamat”, setelah itu orang tersebut pergi. Maka nabi
bersabda”panggillah dia kembali”. Akan tetapi mereka tidak melihatnya
lagi. Kemudian Rasul bersabda” itulah jibril, dia yang mengajarkan agama
kepada umat manusia”.
(HR.
Abu Hurairah, kitab iman, bab pertanyaan jibril kepada Nabi Muhammad
SAW tentang iman, islam, ihsan, hari akhir dan penjelasan Nabi
kepadanya).[2]
C. Mufrodat
Indonesia
|
Arab
|
Tampak di hadapan
|
يَارِزًا
|
Tiba-tiba datang
|
فَاءَتَاهُ
|
Hari kebangkitan
|
بِاالبَعْثِ
|
seolah-olah engkau melihat dia
|
كَأَنَّكَ تَرَاهُ
|
Biarpun engkau tidak melihatnya
|
فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ
|
Sesungguhnya dia melihat engkau
|
فَإِنَّهُ يَرَاكَ
|
Hari kiamat
|
السَّاعَةُ
|
Orang yang ditanya
|
المَسْـءُولُ
|
Tidak lebih tahu
|
بِأَعْلَمَ
|
Dari yang bertanya
|
مِنَ السَّاعِلِ
|
Akan kuterangkan tanda-tandanya
|
عَنْ أَشْرَاطِهَا
|
Budak perempuan
|
وَلَدَتْ الأَمَةُ
|
Pengembala Unta
|
رُعْاةُ اْلاِبِلِ
|
Bermegah-megahan
|
فِي اْلبُنْيَانِ
|
Tidak ada yang mengetahui
|
لاَ يَعْلَمُهُنَّ
|
D. Biografi Perawi
Abu
Hurairah ketika masih dalam masa jahiliyah bernama Abdu Syam bin Shahir
setelah masuk Islam namanya diganti rasulullah menjadi Abd. Ar-Rahman,
beliau berasal dari Qabilah daus. Beliau sangat menyayangi kucing
sehingga orang-orang menyebutnya dengan Abu Hurairah (bapak kucing
kecil).
Abu
Hurairah memeluk Islam pada tahu ke 7 H. Beliau adalah seorang imam,
ahli fiqih, mujtahid, sahabat nabi dan tokoh-tokoh orang yang menghafal
hadits. Itulah Abu Hurairah Al Dausi Al Yamani. Rasulullah selalu
mendoakan agar beliau selalu menghafal al-Qur’an.
Beliau
adalah sahabat yang sangat dicintai Rasulullah. Abu Hurairah meninggal
di Madinah tahun 57 H. Hadits-hadits yang diriwayatkannya terdapat dalam
kitab-kitab hadits.[3]
E. Keterangan hadits
Imam
bukhari menganggap iman dan islam satu,pertanyaan jibril tentang adanya
perbedaan antara iman dan islam dengan menganggap bahwa keyakinan agama
islam adalah keyakinan terhadap perkara tertentu, sedangkan islam
adalah menampakkan amalan-amalan khusus.
Penjelasan
dalam hadits adalah bahwa keyakinan dan amal adalah agama. Nabi
Muhammad SAW menerangkan kepada Abdul Qais bahwa iman adala islam. Dalam
riwayat Abu Sufyan yang menyatakan bahwa islam adalah agama maka islam
dan iman adalah satu.
Allah berfirman” dan ku ridhai islam sebagai agamamu” kata islam mencakup iman dan amal.
Al-Muzani
dan Abu Muhammad Al Baghdawi mengomentari pertanyaan jibril, kata
“islam” sebagai nama perbuatan yang tampak” iman” nama keyakinan yang
tersembunyi dalam hati, sebagai penjelasan bahwa semuanya satu, dan
penggabungan antara keduanya dinamakan agama.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَارِزًا يُوْمًا الِنَّاسِ
(dan nabi sedang tammpak dihadapan orang-orang). Maksudnya Rasul benar-benar berada dihadapan mereka tanpa penghalang.
“ketika
Rasulullah sedang duduk bersama para sahabatnya, datanglah orang asing
yang bergabung dengan mereka. Maksudnya malaikat dalam wujud manuisa.
Imam bukhari dalam kitab tafsir meyebutkan bahwa orang tersebut datang
dengan berjalan. Dalam riwayat Abu Farwah lafadznya adalah “kami sedang
duduk bersama beliau ketika datang seorang pria tampan, wanginya
badannya, dan pakaiannya tidak tersentuh debu.
قَالَ الاِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنُ بِااللهِ وَمَلاَءِكَتِهِ وَبِلِقَءِهِ وَرَسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِاالبَعْثِ
Iman
adalah iman. Imam adalah beriman kepada Allah, malaikat-Nya,
kitab-kitabnya, pertemuan dengannya, Rasul-rasulnya, dan hari
kebangkitan, dalam riwayat ini lafadz وَبِلِقَءِهِ adalah ditemukan kata “kutub” dan “rasul”. Ada pendapat bahwa yang dimaksud dengan bangkit dari kubur, sedangkan لِقَلء adalah setelah dibangkitakan.
وَرَسُلِهِ riwayat Al Ashihi lafadznya adalah بِرُسُلِهِ dalam hadits Anas ibnu Abbas menggunakan lafadz وَالمَلاَءِكَتِهِ وَكِتَابِ والنَّبِيْنَ (dan para malaikat, kitab dan para nabi) dalam kitab tafsir ditambah “hari akhir” (beriman kepada kebangkitan) وَتُؤْمِنَ بِاالبَعْثِ ada dua pendapat keluar dari tidak ada kepada yang ada, kedua bangkit dari dalam kubur ke tempat yang abadi.
Beriman
kepada hari akhir adalah percaya terhadap apa yang terjadi pada ahri
akhir, berupa hisab (perhitungan) penimbangan surga dan neraka. Iman
seseorang tidak sempurna kecuali ia meyakini seluruh rukun iman yang
telah disebutkan.
(untuk menyembah Allah( أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
An
nawawi berkata yang dimaksud ibadah adalah mengetahui Allah
(ma’rifullah). Menurut imam bukhari ma’rifat merupakan efek dari iman
sedangkan islam adalah perbuatan lahir dan batin.
(mendirikan sholat dan menunaikan zakat) تُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْمِنِي الزَّكَاةَ
Dari Muhtar Al Warrag, kemudian dia menyebutkan kata islam.
Imam Muslim merangkai dengan kalimat (dan mendirikan zakat) وَتُقِمَ الصَّلاَةَ
(yang diwajibkan) المَفْرُضَةِ dengan لِزَكَاةِ
(dan berpuasa pada bulan ramadhan) رَمَضَانَتَصُمُ
Ihsan
disini adalah ihsandalam ibadah, sedangkan bentuk ihsan dalam ibadah
ikhlas, khusyu’ dan berkonsentrasi penuh pada saat melaksanakannya dan
selalu diawasi oleh Allah yang kita sembah.
Dalam riwayat Umarah bin Qa’qa’, juga dalam hadits Anas diriwayatkan dengan lafadz إِن تَخْشَ اللهُ كَانَّكَ تَرَاهُ (hendaknya kamu takut kepada Allah seakan-akan kamu melihatnya).
Pertanyaan, kapan hari kiamat? Maksudnya kapan hari kiamat akan terjadi? Hal ini dijelaskan dalam riwayat umarah bin qa’qa.
Huruf مَا dalam kalimat tersebut sebagai nafyi (penafian). Kemudian rasul مِالمُسْءُولُ (bukanlah yang ditanya).
(lebih mengetahui) بِاَعْلَمَ
Huruf ba’ dalam kalimat tersebut berfungsi sebagai penguat (ta’qid nafyi) (mengetahui tentang hal yang ditanyakan)
مَا كُنْتُ بِأَعْلَمَ بِهِ رَجُلٍ مِنْكُمْ
Yang dimaksud adalah sama-sama tidak mengetahui (jawanad apa yang di tanyakan kepadanya).
(daripada yang bertanya) مِنَالسَّلءِلِ
Rasulullah
mengubah kalimat “aku tidak lebih mengetahui dari pada engkau” artinya
yang bertanya dan yang ditanya sama (tidak mengetahui) dalam hal ini.
(akan aku beritahukan kepadamu tanda-tandanya) وَسأُ خْبِرُكَ عَنْ أّشْرَطِهَا
(jika melahirkan) اِذَا وَلَدَتِ
Penggunaan idza dalam kalimat tesebut berfungsi untuk menunjukan peristiwa tersebut pasti akan tejadi.
(apabila budak melahirkan tuannya) اِذَا وَلَدَتِ اْلأَمَّةُ رَبَّهَا
Ada 4 pendapat ulama.
1. Menurut
Kuattibi, yaitu makin luasnya Negara islam, dan ditaklukannya
Negara-negara musyrik kemudian menahan para tawanan mereka. Sehingga
para tuan memiliki budak yang melahirkan anaknya.
2. Para
tuan menjual budak-budak mereka (ibu dan anak) mereka. Karena terlalu
banyak, sehingga mereka tidak tahu bahwa yang membelinya adalahnya
anaknya.
3. Sesame budak, baik yang nikah maupun yang zina, atau hubungan dengan sesame budak tersebut dijual belikan oleh anaknya.
4. Banyaknya
kedurhakaan kepada orang tua maka seperti budak, kata” tuannya”
dikiaskan kepada anak tersebut dan perlakuannya terhadap orangtuanya.
Artinya bangga dalam meninggikan dan memperbanyak bangunan. تَطَاوَلَ
(pengembala unta) رُعَاةُ الإِبِلِ
Disifasi dengan gembala unta karena mereka tidak mempunyai nasab yang jelas.
Artinya para penguasa dunia رُؤُوْسُ النَّاسِ
(dalam 5 perkara) فِى خَمْسٍ
Artinya pengetahuan tentang waktu kiamat masuk dalam lima perkara.
Dalam
riwayat Atha’ Al Khurasani disebutkan, dia bertanya, kapan kiamat itu
terjadi? Rasul menjawab “perkara itu termasuk dalam lima perkara ghaib
yang hanya diketahui oleh Allah.
Maksudnya Rasul membaca ayat tersebut sampai akhir surat. الآ يَةِ
ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ رُدُوْهُ
(kemudian nabi berbalik dan berkata (“panggil kembali orang tersebut”))
Dalam tafsir kitab “mereka pun memanggilnya kembali dan tidak melihat sesuatupun.
(datang untuk mengajarkan kepada manusia ) جَاءَ يُعَلِمُ النَّاسَ
Dia ingin kita semua mengetahui walaupun kita tidak bertanya. وَلِيُعَلَّمَ
Tentang agama kepada kita semua. دِيْنَهُمْ
(Abu Abdillah berkata) قَالَ أبُوْ عَبْدِاللهِ
Yang
dimaksud adalah imam bukhari yang mengatakan” semua itu merupakan
sebagian dari iman” yaitu imam yang sempurna yang mencakup seluruh
perkara itu”.[4]
F. Aspek Tarbawi
Dari
keterangan hadits, dapat diartikan bahwa malaikat jibril menerangkan
tentang pentingnya pendidikan agama, terkait tentang iman, islam dan
ihsan kepada seluruh manusia. Dan mengajarkan tentang hubungan manusia
dengan penciptanya . diantaranya:
1. Memperbaiki hubungan manusia dengan pencipta.
Agama
islam yang memiliki tiga sendi iman, islam dan ihsan berarti seorang
telah memiliki keyakinan dan merupakan pokok dalam agama islam pengikat
hati dan batin manusia serta dasar keyakinan adanya Allah. Kemudian
islam, dengan mengucap dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, zakat,
dan puasa di bulan ramadhan.
Ihsan
yang meliputi ahlakul karimah dalam mengamalkan ibadah akan selalu
timbul pada dirinya ahlak yang mulia dan berkeyakinan bahwa setiap amal
perbuatan selalu diawasi oleh Allah dan dipertanggung jawabkan dihadapan
Allah.
Apabila
seseorang memiliki ketiganya, berarti ia mempunyai hubungan yang baik,
dengan sesame manusia maupun dengan pencipta yang nantinya akan membawa
pada mukmin yang kafah.
2. Menambah ketakwaan
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ اْلاِسْلاَمُ
“Sesungguhnya agama yang diridhai Allah adalah agama islam”
Dengan
sendi-sendi utama agama islam yaitu iman, islam ,dan ihsan. Seseorang
akan memahami agama secara benar serta menambah ketaqwaan kepada yang
kuasa menghayati dan mengamalkan agama islam dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Menambah pengetahuan
Agama islam menganjurkan para pemeluknya untuk menuntut ilmu bahkan di hukumi wajib.ini
semua di hukumi wajib agar umat islam memiliki ilmu pengetahuan,
mengetahui segala kemaslahatan, dan jalan kemaslahatan, mengetahui
hakikat alam, dapat menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh
semua umat islam ataupun umat terdahulu. Baik yang berhubungan dengan
aqidah, ibadah, ataupun masalah0masalah yang berhubungan dengan
Hablumminaallah dan Habluminannas, serta hubungan keduniaan dan
kebutuhan hidup.[5]
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani Ibnu Hajar, Al Imam Al Hafizh. 2008. Fathul Baari. Jakarta Selatan: Pustaka Azzam.
Al Maliki Muhammad Alawi. 2009. Ilmu Ushul Hadits. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Drs. Saifullah Muh Al Aziz S._____.Fiqih Islam Lengkap. Surabaya: Terbit Terang.
Shahih Bukhari. 1399. Uqdathul Qari’ Syarih Shahih Bukhari. _____: Daarul Fikri.
[1] Shahih Bukhari, Uqdathul Qari’ Syarih Shahih Bukhari,Juz I-II( _____: Daarul Fikri, 1399), h. 281-290.
[2] Al-Asqalani Ibnu Hajar, Al Imam Al Hafizh,Tarjamah Fathul Baari, Jilid I, (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2008),h. 207-208.
[4] Al-Asqalani Ibnu Hajar, Al Imam Al Hafizh,Tarjamah Fathul Baari, Jilid I, (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2008),h.208-229.
[5] Drs. Saifullah Muh Al Aziz S, Fiqih Islam Lengkap, (Surabaya: Terbit Terang), h. 13-36.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar