Powered By Blogger

Senin, 02 April 2012

MAKALAH
 “MANUSIA (BAHASA MANUSIA)”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah                   : Hadits Tarbawi 2
Dosen Pengampu           : Muhammad Hufron, M.S.I







Disusun oleh:
Liya Ummal Khusna
2021110085
B

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012

PENDAHULUAN

Bahasa, sebuah kata yang memiliki makna sangat luas lebih dari sekedar alat komunikasi yang mampu memberikan pemahaman antara satu mahluk dengan mahluk lainnya. Isarat dan Kata-kata yang dikeluarkan dari raga maupun lisan manusia adalah bukti terjemahan dari ungkapan perasaan yang terkubur dalam hati setiap mahlukNya. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat untuk berkomunikasi. Bahasa selain sebagai alta komunikasi juga mempunyai beberapa fungsi, yaitu: untuk mengungkapkan ekspresi, untuk menyampaikan informasi dan lain-lain.
Belajar adalah sebuah keistimewaan sebagai manusia karena dikarunia Allah swt dengan bahasa, yaitu sebuah sistem komunikasi yang demikian kompleks dan berbeda dengan sistem komunikasi yang dilakukan binatang. Lebih lanjut, bahasa manusia mencerminkan bagaimana kapasitas akal pikiran seseorang,  hasyrat, emosi dan bahkan budayanya.











PEMBAHASAN
Hadits no. 39 (Bahasa Manusia)

A.    Materi Hadits

عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ: {أَمَرَ نِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلِّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنْ أَتَعَلَّمَ لَهُ كَلِمَاتٍ مِنْ كِتَابِ يَهُوْدَ قَالَ إِنِّي وَاللهِ مَا آمَنُ يَهُوْدَ عَلَى كِتاَبيِ قَالَ فَمَا مَرَّ بِي نِصْفُ شَهْرٍ حَتَّى تَعَلَّمْتُهُ لَهُ قَالَ فَلَمَّا تَحَلَّمْتُهُ كَانَ إِذَا كَتَبَ إِلَى يَهُوْدَ كَتَبْتُ إِلَيْهِمْ وَإِذَا كَتَبَوْا إِلَيْهِ قَرَأْتُ لَهُ كِتَابَهُمْ} قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَقَدْ رُوِيْ مِنْ غَيْرِ هَذَا الْوَجْهِ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَوَاهُ الْأَعْمَشُ عَنْ ثَابِتِ بْنِ عُبَيْدِ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتِ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَتَعَلَّمَ السُّرْيَانِيَّةَ (رواه الترمذي فى الجامع, كتاب الإستــذان والآداب عن رسول الله صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, باب ما جاء فى تعليم السريانية)                                                       
                                                                                   
B.     Terjemah Hadits
Dari Zaid bin Tsabit bekata: Rasulullah SAW memerintahkan kepadaku untuk mempelajari beberapa kalimat dari kitabnya orang yahudi, beliau bersabda: “sesungguhnya aku demi Allah, aku tidak merasa aman kepada orang yahudi terhadap suratku (baik dalam membacanya maupun menulisnya)”, Zaid bin Tsabit berkata: maka tidak lewat dari setengah bulan aku belajar hingga selesai mempelajarinya untuk beliau, Zaid bin Tsabit berkata: maka setelah aku mempelajarinya kitab orang yahudi, apabila Rasullah berkirim surat kepada golongan yahudi, maka aku menuliskan kepada mereka, dan apabila mereka berkirim surat kepada Rasulullah, maka aku membacakan untuk Rasulullah.
Ini hadits hasan shahih. Dan hadits ini diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, dan Al-Masy meriwayatkan dari Tsabit bin Ubaid  dari Zaid bin Tsabit berkata:” Rasulullah SAW memerintahkan aku agar belajar bahasa suryani”.[1]



C.    Mufrodat
Terjemah
Teks Arab
Memerintahkan kepadaku
أَمَرَ نِيْ
Orang yahudi
يَهُوْدَ
Tidak merasa aman
مَا آمَنُ
Maka tidak lewat
فَمَا مَرَّبَيْ
Setengah bulan
نِصْفُ شَهْرِ
Menuliskan
كَتَبْتُ
Membacakan
قَرَأْتُ
Belajar
تَعَلَّمَ
Bahasa suryani
السُّرْيَانِيَّةَ










D.    Biografi  Perowi
Zaid bin Tsabit
Nama lengkapnya ialah Zaid bin Tsabit Adh-Dhahhak bin Laudzan  Al-Ansari An-Najjari (612 - 637), atau yang lebih dikenal dengan nama Zaid bin Tsabit, adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW dan merupakan penulis wahyu dan surat-surat Rasulullah SAW.
Zaid bin Tsabit merupakan keturunan Bani Khazraj, yang mulai tinggal bersama Muhammad ketika ia hijrah ke Madinah. Ketika berusia berusia 11 tahun, Zaid bin Tsabit dikabarkan telah dapat menghafal 11 surah Al-Quran. Kekuatan daya ingat Zaid bin Tsabit telah membuatnya diangkat penulis wahyu dan surat-surat Muhammad semasa hidupnya, dan menjadikannya tokoh yang terkemuka di antara para sahabat lainnya. Di kemudian hari pada zaman kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, Zaid bin Tsabit adalah salah seorang yang diamanahkan untuk mengumpulkan dan menuliskan kembali Al-Quran dalam satu mushaf. Dalam perang Al-Yamamah banyak penghafal Al-Quran yang gugur, sehingga membuat Umar bin Khattab cemas dan mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menghimpun Al-Quran sebelum para penghafal lainnya gugur. Setelah itu Abu Bakar menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran.
Zaid bin Tsabit telah meriwayatkan sembilan puluh dua hadist. Zaid bin Tsabit meninggal tahun 15 Hijriah. Putranya, Kharijah bin Zaid, menjadi seorang tabi'in besar dan salah satu di antara tujuh ulama fiqih Madinah pada masanya.[2]
E.     Keterangan Hadits
Lafadz (السُّرْيَانِيَّةَ) dibaca dhomah huruf sinnya dan dibaca sukun huruf ro’nya, dan bahasa suryani merupakan bahasa asli kitab injil sedangkan bahasa ibroni merupakan bahasa kitab taurat. (قَوْلُهُ) dari ayahnya Zaid bin Tsabit bin Dhohak bin Laudzan Al-Anshori Al-Annajari memiliki dua julukan yaitu Abu Said dan Abu Khorijah yang termasuk shohabat yang masyhur dalam kitab-kitab wahyu masruq Zaid itu termasuk orang yang kokoh dalam ilmunya.
(وَقَالَ) artinya perkataan. Maksudnya nabi SAW dalam memberikan alasan suatu perkara dengan cara mengawali dan menjelaskan. Lafadz (إِنِّي وَاللهِ مَا آمَنُ) dibaca panjang hamzahnya dan dibaca fathah huruf mimnya yang merupakan fi’il mudhori’. Lafadz (يَهُوْدَ) artinya orang yahudi. Maksudnya orang yahudi dalam menambahi dan mengurangi. (عَلَى كِتاَبيِ) maksudnya tidak dalam membaca juga menulis. Dan saya takut seandainya datang (surat) dari orang yahudi kemudian yang membaca orang yahudi maka akan di tambahi/dikurangi isi surat tersebut. Zaid berkata(فَمَا مَرَّبَيْ) artinya maka tidak lewat, maksudnya zaid kemudian tidak lama belajar bahasa suryani.
(حَتَّى تَعَلَّمْتُهُ) Attohoyibi mengatakan bahwasanya tidak lewat dari setengah bulan dalam belajar sehingga sempurna belajarnya. Dan Allah berfirman,” dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah dijadikannya langit, bumi dan beda-bedanya beberapa bahasa mereka artinya bahasa kamu semua, bahkan belajar bahasa dari beberapa bahasa itu sebagian dari yang diperbolehkan. Memang benar belajar bahasa itu sesuatu yang dibenarkan akan tetapi itu termasuk sesuatu yang tidak ada faedahnya dan melakukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya itu dicela oleh orang-orang yang mempunyai kesempurnaan ilmu, kecuali di dalam belajar tersebut ada faedahnya. Maka disunnahkan sebagaimana keterangan yang diambil dari hadits.
Ketika Rasulullah ingin mengirim surat kepada orang yahudi maka saya nenulisnya dengan bahasa mereka (yahudi) dan ketika orang yahudi mengirim surat kepada Rasulullah saya membacakan kepada beliau dengan bahasa yahudi.[3]
F.  Aspek Tarbawi
Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa belajar memahami kitab dan bahasa orang lain itu memang sangat penting karena dengan itu seseorang dapat mengetahui apa yang ingin disampaikan dan manusia yang bersifat sosial itu, mereka tidak bisa hidup tanpa orang lain, maka mereka perlu adanya komunikasi antar sesama.  Dan Allah berfirman,” dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah dijadikannya langit, bumi dan beda-bedanya beberapa bahasa mereka artinya bahasa kamu semua, bahkan belajar bahasa dari beberapa bahasa itu sebagian dari yang diperbolehkan.[4]
Berbahasa ibarat menghirup udara, setiap saat kita konsumsi tanpa mempertanyakan dari mana asal usul udara. Kita baru mulai resah mengenai kualitas udara tatkala kita merasakan adanya polusi yang membuat pernapasan sesak. Hal serupa terjadi pada bahasa, ketika kata-kata dan informasi tidak lagi menyehatkan dan bahkan membingungkan, kita mulai kritis untuk mempertanyakan bahasa dan berbagai aspek serta fungsinya.[5]
Dalam realitas hidup ini kita bersosialisasi tidak bisa hidup sendiri, berkomunikasi dengan yang lain, termasuk alat komunikasi adalah bahasa jadi fungsi bahasa alat komunikasi apalagi diperkembangan zaman yang makin komplek ini informasi, iptek dan keterampilan juga dapat dengan bahasa, dengan kata lain mengetahui berbagai macam bahasa berarti kita akan menemukan perkembangan ilmu pengetahuan yang beragam.

















PENUTUP

Pengertian bahasa sangat bergantung pada dari sisi apa kita melihat bahasa. Bahasa, sebuah kata yang memiliki makna sangat luas lebih dari sekedar alat komunikasi yang mampu memberikan pemahaman antara satu mahluk dengan mahluk lainnya. Belajar adalah sebuah keistimewaan sebagai manusia karena dikarunia Allah swt dengan bahasa, yaitu sebuah sistem komunikasi yang demikian kompleks dan berbeda dengan sistem komunikasi yang dilakukan binatang. Lebih lanjut, bahasa manusia mencerminkan bagaimana kapasitas akal pikiran seseorang,  hasyrat, emosi dan bahkan budayanya.
Belajar memahami kitab dan bahasa orang lain itu memang sangat penting karena dengan itu seseorang dapat mengetahui apa yang ingin disampaikan dan manusia yang bersifat sosial itu, mereka tidak bisa hidup tanpa orang lain, maka mereka perlu adanya komunikasi antar sesama.









DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Komaruddin. 1996. Memahami Bahasa Agama: sebuah kajian hermeneutik. Jakarta: Paramadina.
Isa, Muhammad bin Surah At-Tirmidzi. Terjemah Sunan At-Tirmidzi, Julid IV. Semarang: CV. Asy-Syifa’.
Utsman, Abdurahman Muhammad. 1283. Tukhfatul Ahwadi: syarah jami’ at-turmudzi. Beirut: Darul Fikri.
Id. Wikipedia. org/wiki/ zaid_bin_tsabit





[1] Muhammad Isa bin Surah At-Tirmidzi, Terjemah Sunan At-Tirmidzi, Jilid IV (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1992), h. 337.
[2] Id. Wikipedia. org/wiki/ zaid_bin_tsabit

[3] Abdurrahman Mohammad Utsman, Tukhfatul Ahwadi Syarah Jami’ At-Tirmidzi, Juz VII (Beirut: Darul Fikri, 1283), h. 497-498.
[4] Ibid.,h. 498.
[5] Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: sebuah kajian hermeneutic (Jakarta: Paramadina, 1996), h.27.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar