MAKALAH
“MANUSIA (BAHASA MANUSIA)”
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi 2
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, M.S.I
Disusun oleh:
Liya Ummal Khusna
2021110085
B
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
PENDAHULUAN
Bahasa,
sebuah kata yang memiliki makna sangat luas lebih dari sekedar alat
komunikasi yang mampu memberikan pemahaman antara satu mahluk dengan
mahluk lainnya. Isarat dan Kata-kata yang dikeluarkan dari raga maupun
lisan manusia adalah bukti terjemahan dari ungkapan perasaan yang
terkubur dalam hati setiap mahlukNya. Bahasa adalah suatu sistem simbol
lisan yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat untuk berkomunikasi.
Bahasa selain sebagai alta komunikasi juga mempunyai beberapa fungsi,
yaitu: untuk mengungkapkan ekspresi, untuk menyampaikan informasi dan
lain-lain.
Belajar adalah
sebuah keistimewaan sebagai manusia karena dikarunia Allah swt dengan
bahasa, yaitu sebuah sistem komunikasi yang demikian kompleks dan
berbeda dengan sistem komunikasi yang dilakukan binatang. Lebih lanjut,
bahasa manusia mencerminkan bagaimana kapasitas akal pikiran seseorang,
hasyrat, emosi dan bahkan budayanya.
PEMBAHASAN
Hadits no. 39 (Bahasa Manusia)
A. Materi Hadits
عَنْ
زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ: {أَمَرَ نِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلِّى اللهُ
عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنْ أَتَعَلَّمَ لَهُ كَلِمَاتٍ مِنْ كِتَابِ
يَهُوْدَ قَالَ إِنِّي وَاللهِ مَا آمَنُ يَهُوْدَ عَلَى كِتاَبيِ قَالَ
فَمَا مَرَّ بِي نِصْفُ شَهْرٍ حَتَّى تَعَلَّمْتُهُ لَهُ قَالَ فَلَمَّا
تَحَلَّمْتُهُ كَانَ إِذَا كَتَبَ إِلَى يَهُوْدَ كَتَبْتُ إِلَيْهِمْ
وَإِذَا كَتَبَوْا إِلَيْهِ قَرَأْتُ لَهُ كِتَابَهُمْ} قَالَ أَبُو عِيسَى
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَقَدْ رُوِيْ مِنْ غَيْرِ هَذَا الْوَجْهِ
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَوَاهُ الْأَعْمَشُ عَنْ ثَابِتِ بْنِ عُبَيْدِ
الْأَنْصَارِيِّ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتِ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ
صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَتَعَلَّمَ السُّرْيَانِيَّةَ (رواه
الترمذي فى الجامع, كتاب الإستــذان والآداب عن رسول الله صَلَى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, باب ما جاء فى تعليم السريانية)
B. Terjemah Hadits
Dari
Zaid bin Tsabit bekata: Rasulullah SAW memerintahkan kepadaku untuk
mempelajari beberapa kalimat dari kitabnya orang yahudi, beliau
bersabda: “sesungguhnya aku demi Allah, aku tidak merasa aman kepada
orang yahudi terhadap suratku (baik dalam membacanya maupun
menulisnya)”, Zaid bin Tsabit berkata: maka tidak lewat dari setengah
bulan aku belajar hingga selesai mempelajarinya untuk beliau, Zaid bin
Tsabit berkata: maka setelah aku mempelajarinya kitab orang yahudi,
apabila Rasullah berkirim surat kepada golongan yahudi, maka aku
menuliskan kepada mereka, dan apabila mereka berkirim surat kepada
Rasulullah, maka aku membacakan untuk Rasulullah.
Ini hadits hasan shahih. Dan hadits ini diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, dan Al-Masy meriwayatkan dari Tsabit bin Ubaid dari Zaid bin Tsabit berkata:” Rasulullah SAW memerintahkan aku agar belajar bahasa suryani”.[1]
C. Mufrodat
Terjemah
|
Teks Arab
|
Memerintahkan kepadaku
|
أَمَرَ نِيْ
|
Orang yahudi
|
يَهُوْدَ
|
Tidak merasa aman
|
مَا آمَنُ
|
Maka tidak lewat
|
فَمَا مَرَّبَيْ
|
Setengah bulan
|
نِصْفُ شَهْرِ
|
Menuliskan
|
كَتَبْتُ
|
Membacakan
|
قَرَأْتُ
|
Belajar
|
تَعَلَّمَ
|
Bahasa suryani
|
السُّرْيَانِيَّةَ
|
D. Biografi Perowi
Zaid bin Tsabit
Nama lengkapnya ialah Zaid bin Tsabit Adh-Dhahhak bin Laudzan Al-Ansari An-Najjari (612 - 637), atau yang lebih dikenal dengan nama Zaid bin Tsabit, adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW dan merupakan penulis wahyu dan surat-surat Rasulullah SAW.
Zaid bin Tsabit merupakan keturunan Bani Khazraj, yang mulai tinggal bersama Muhammad ketika ia hijrah ke Madinah. Ketika berusia berusia 11 tahun, Zaid bin Tsabit dikabarkan telah dapat menghafal 11 surah Al-Quran. Kekuatan
daya ingat Zaid bin Tsabit telah membuatnya diangkat penulis wahyu dan
surat-surat Muhammad semasa hidupnya, dan menjadikannya tokoh yang
terkemuka di antara para sahabat lainnya. Di kemudian hari pada zaman
kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, Zaid bin Tsabit adalah salah seorang
yang diamanahkan untuk mengumpulkan dan menuliskan kembali Al-Quran
dalam satu mushaf. Dalam perang Al-Yamamah banyak penghafal Al-Quran
yang gugur, sehingga membuat Umar bin Khattab cemas dan mengusulkan
kepada Abu Bakar untuk menghimpun Al-Quran sebelum para penghafal
lainnya gugur. Setelah itu Abu Bakar menyuruh Zaid bin Tsabit untuk
menghimpun Al-Quran.
Zaid bin Tsabit telah meriwayatkan sembilan puluh dua hadist. Zaid bin Tsabit meninggal tahun 15 Hijriah. Putranya, Kharijah bin Zaid, menjadi seorang tabi'in besar dan salah satu di antara tujuh ulama fiqih Madinah pada masanya.[2]
E. Keterangan Hadits
Lafadz (السُّرْيَانِيَّةَ)
dibaca dhomah huruf sinnya dan dibaca sukun huruf ro’nya, dan bahasa
suryani merupakan bahasa asli kitab injil sedangkan bahasa ibroni
merupakan bahasa kitab taurat. (قَوْلُهُ)
dari ayahnya Zaid bin Tsabit bin Dhohak bin Laudzan Al-Anshori
Al-Annajari memiliki dua julukan yaitu Abu Said dan Abu Khorijah yang
termasuk shohabat yang masyhur dalam kitab-kitab wahyu masruq Zaid itu
termasuk orang yang kokoh dalam ilmunya.
(وَقَالَ) artinya perkataan. Maksudnya nabi SAW dalam memberikan alasan suatu perkara dengan cara mengawali dan menjelaskan. Lafadz (إِنِّي وَاللهِ مَا آمَنُ) dibaca panjang hamzahnya dan dibaca fathah huruf mimnya yang merupakan fi’il mudhori’. Lafadz (يَهُوْدَ) artinya orang yahudi. Maksudnya orang yahudi dalam menambahi dan mengurangi. (عَلَى كِتاَبيِ) maksudnya
tidak dalam membaca juga menulis. Dan saya takut seandainya datang
(surat) dari orang yahudi kemudian yang membaca orang yahudi maka akan
di tambahi/dikurangi isi surat tersebut. Zaid berkata(فَمَا مَرَّبَيْ) artinya maka tidak lewat, maksudnya zaid kemudian tidak lama belajar bahasa suryani.
(حَتَّى تَعَلَّمْتُهُ) Attohoyibi
mengatakan bahwasanya tidak lewat dari setengah bulan dalam belajar
sehingga sempurna belajarnya. Dan Allah berfirman,” dan diantara
tanda-tanda kekuasaan Allah adalah dijadikannya langit, bumi dan
beda-bedanya beberapa bahasa mereka artinya bahasa kamu semua, bahkan
belajar bahasa dari beberapa bahasa itu sebagian dari yang
diperbolehkan. Memang benar belajar bahasa itu sesuatu yang dibenarkan
akan tetapi itu termasuk sesuatu yang tidak ada faedahnya dan melakukan
sesuatu yang tidak ada manfaatnya itu dicela oleh orang-orang yang
mempunyai kesempurnaan ilmu, kecuali di dalam belajar tersebut ada
faedahnya. Maka disunnahkan sebagaimana keterangan yang diambil dari
hadits.
Ketika
Rasulullah ingin mengirim surat kepada orang yahudi maka saya
nenulisnya dengan bahasa mereka (yahudi) dan ketika orang yahudi
mengirim surat kepada Rasulullah saya membacakan kepada beliau dengan
bahasa yahudi.[3]
F. Aspek Tarbawi
Dari
hadits diatas dapat disimpulkan bahwa belajar memahami kitab dan bahasa
orang lain itu memang sangat penting karena dengan itu seseorang dapat
mengetahui apa yang ingin disampaikan dan manusia yang bersifat sosial
itu, mereka tidak bisa hidup tanpa orang lain, maka mereka perlu adanya
komunikasi antar sesama. Dan
Allah berfirman,” dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah
dijadikannya langit, bumi dan beda-bedanya beberapa bahasa mereka
artinya bahasa kamu semua, bahkan belajar bahasa dari beberapa bahasa
itu sebagian dari yang diperbolehkan.[4]
Berbahasa
ibarat menghirup udara, setiap saat kita konsumsi tanpa mempertanyakan
dari mana asal usul udara. Kita baru mulai resah mengenai kualitas udara
tatkala kita merasakan adanya polusi yang membuat pernapasan sesak. Hal
serupa terjadi pada bahasa, ketika kata-kata dan informasi tidak lagi
menyehatkan dan bahkan membingungkan, kita mulai kritis untuk
mempertanyakan bahasa dan berbagai aspek serta fungsinya.[5]
Dalam
realitas hidup ini kita bersosialisasi tidak bisa hidup sendiri,
berkomunikasi dengan yang lain, termasuk alat komunikasi adalah bahasa
jadi fungsi bahasa alat komunikasi apalagi diperkembangan zaman yang
makin komplek ini informasi, iptek dan keterampilan juga dapat dengan
bahasa, dengan kata lain mengetahui berbagai macam bahasa berarti kita
akan menemukan perkembangan ilmu pengetahuan yang beragam.
PENUTUP
Pengertian bahasa sangat bergantung pada dari sisi apa kita melihat bahasa. Bahasa,
sebuah kata yang memiliki makna sangat luas lebih dari sekedar alat
komunikasi yang mampu memberikan pemahaman antara satu mahluk dengan
mahluk lainnya. Belajar adalah
sebuah keistimewaan sebagai manusia karena dikarunia Allah swt dengan
bahasa, yaitu sebuah sistem komunikasi yang demikian kompleks dan
berbeda dengan sistem komunikasi yang dilakukan binatang. Lebih lanjut,
bahasa manusia mencerminkan bagaimana kapasitas akal pikiran seseorang,
hasyrat, emosi dan bahkan budayanya.
Belajar
memahami kitab dan bahasa orang lain itu memang sangat penting karena
dengan itu seseorang dapat mengetahui apa yang ingin disampaikan dan
manusia yang bersifat sosial itu, mereka tidak bisa hidup tanpa orang
lain, maka mereka perlu adanya komunikasi antar sesama.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Komaruddin. 1996. Memahami Bahasa Agama: sebuah kajian hermeneutik. Jakarta: Paramadina.
Isa, Muhammad bin Surah At-Tirmidzi. Terjemah Sunan At-Tirmidzi, Julid IV. Semarang: CV. Asy-Syifa’.
Utsman, Abdurahman Muhammad. 1283. Tukhfatul Ahwadi: syarah jami’ at-turmudzi. Beirut: Darul Fikri.
Id. Wikipedia. org/wiki/ zaid_bin_tsabit
[1] Muhammad Isa bin Surah At-Tirmidzi, Terjemah Sunan At-Tirmidzi, Jilid IV (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1992), h. 337.
[3] Abdurrahman Mohammad Utsman, Tukhfatul Ahwadi Syarah Jami’ At-Tirmidzi, Juz VII (Beirut: Darul Fikri, 1283), h. 497-498.
[5] Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: sebuah kajian hermeneutic (Jakarta: Paramadina, 1996), h.27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar