MAKALAH
MEMANFAATKAN MEDIA PUBLIK UNTUK MENYEBARKAN ILMU KE KALANGAN EKSTERNAL
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : M. Ghufron Dimyati
Disusun Oleh :
Nisfi Romzanah
2021110061
Kelas B
JURUSAN TARBIYAH (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
PENDAHULUAN
Seiring
dengan perkembangan zaman, di masa sekarang ini media publik sangat
membantu dalam penyampaian ilmu atau informasi ke seluruh kalangan
masyarakat secara luas. Media publik merupakan sarana yang efisien dan
efektif serta mudah diterima oleh semua kalangan secara luas, sehingga
dalam pokok bahasan ini saya akan membahas tentang memanfaatkan media
publik untuk menyebarkan ilmu ke kalangan eksternal.
PEMBAHASAN
MEMANFAATKAN MEDIA PUBLIK UNTUK MENYEBARKAN ILMU
KE KALANGAN EKSTERNAL
A. HADITS
عَنْ
اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُ عَنْهُمَا قَالَ (لَمَّا نَزَلَتْ:
وَأَنْذِرْ عَشِيْرَ تَكَ اْلاَقْرَبِيْنَ وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ
الْمُخْلَصِيْنَ خَرَجَ رَسُوْلُ الله ِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَتَّى صَعِدَ الصَّفَا فَهَتَفَ بَاصَبَاحَاهْ فَقَالُوْا مَنْ هَذَا
فَاجْتَمَعُوْ إِلَيْهِ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخْبَرْ تُكُمْ أَنَّ
خَيِلاً تَخْرُجُ مِنْ سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ َاكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ
قَالُوا مَاجَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبً قَالَ فَإِنِّي نَذِيْرٌ لَكُمْ
بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ قَالَ أَبُوْلَهَبٍ تَبَّالَكَ
مَاجَمِعْتَنَا إِلاَّ لِهَذَا ثُمَّ قَامَ فَنَزَ لَتْ تَبَّتْ يَدَا
أَبِيْ لَهَبٍ وَتَبَّ, وَقَدْ تَبَّ)
(رواه البخارى فى الصحيح, كتاب تفسير القرآن الكريم, باب تباب خسران تتبيب تدمير)
B. TARJAMAH
Dari
Abu Abbad r.a. berkata: “Ketika turun firman-Nya, dan berilah
peringatan kerabat-kerabatmu yang terdekat dan golonganmu diantara
mereka yang ikhlas. Rasulullah Saw keluar kemudian naik ke bukit shafa
dan berseru “waspadalah”, maka mereka berkata siapa ini, maka
berkumpullah kemari. Beliau bersabda: bagaimana pendapatmu jika aku
mengabarkan bahwa pasukan berkuda akan keluar dari balik gunung ini,
apakah kalian mempercayaiku? Mereka berkata: Kami tidak pernah melihat
engkau berdusta, beliau bersabda: Sesungguhnya aku pemberi peringatan
bagi kalian di hadapan adzab yang pedih. Abu Lahab berkata; Celakalah
engkau, apakah engkau mengumpulkan kami kecuali untuk ini? Kemudian
Rasulullah Saw pergi, maka turunlah ayat, binasalah kedua tangan Abu
lahab, dan sungguh ia binasa.
C. MUFRADAT
Arti Kata Teks Arab
Berilah peringatan أَنْذِرْ
Kerabat-kerabatmu عَشِيْرَ تَكَ
Yang terdekat اْلاَقْرَبِيْنَ
Golongamu رَهْطَكَ
Yang ikhlas الْمُخْلَصِيْنَ
Keluar خَرَجَ
Naik صَعِدَ
Bukit shafa الصَّفَا
Berseru فَهَتَفَ
Waspadalah بَاصَبَاحَاهْ
Berkumpullah اِجْتَمَعُوْ
Balik سَفْحِ
Gunung جَبَلِ
Berdusta كَذِبً
Adzab عَذَابٍ
Yang pedih شَدِيْدٍ
D. BIOGRAFI ROWI
Abdullah
bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf putra paman
Rasulullah Saw (Saudara sepupu Rasulullah). Ayahanya Abu Abbas bin Abdul
Muthalib dan ibunya adalah Umul Fadhli Lubabah binti Al-Harits
Al-Hialliyah. Abdullah bin Abbas lahir 3 tahun sebelum hijriyah dan Nabi
mendoakannya, “Ya Allah, berilah ia pengertian dalam bidang agama dan
berilah ia pengetahuan takwil (tafsir)” Allah mendengar doa Nabi dan
Ibnu Abbad terkenal dengan pengausaan ilmunya yang luas dan pengetahuan
fiqhnya yang mendalam. Abdullah bin Abbas adalah sahabat kelima yang
banyak meriwayatkan hadits sesudah Sayyidina Aisyah r.a., ia
meriwayatkan 1.660 hadits. Ia wafat di Thaif pada tahun 68 H.[1]
E. KETERANGAN HADITS
(لَمَّا نَزَلَتْ ( وَأَنْذِرْ عَشِيْرَ تَكَ اْلاَقْرَبِيْنَ (Ketika
turun, “Berilah peringatan kerabat-kerabatmu yang terdekat”). Pada
tafsir surat Tabbat diberi tambahan : Dari riwayat Abu Usamah, dari
Al-A’masy, melalui sanad ini.
وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ (Dan
golonganmu diantara mereka yang ikhlas). Tambahan ini dinukil
Ath-Thagari dengan sanad yang maushul melalui jalur lain dari Amr bin
Murrah, bahwa dia biasa membaca seperti itu. Al-Qurthubi mengemukakan
kemusykilan bahwa yang dimaksud adalah memberi peringatan keapda
orang-orang kafir yang ikhlas.[2]
(حَتَّى صَعِدَ الصَّفَا فَهَتَفَ)
“Kemudian naik ke bukit shafa dan berseru”, menjelaskan bahwa media
publikasi yang digunakan oleh Rasulullah Saw untuk menyampaikan
informasi adalah Bukit Shafa.
F. ASPEK TARBAWI
Dari
keterangan hadits di atas, jelas bahwa dalam menyampaikan suatu ilmu
atau informasi meliputi semua kalangan termasuk orang-orang kafir tanpa
membedakan-bedakan suku, ras, maupun agama. Kita sebagai umat Islam
hendaknya bisa menerapkan apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw
pada zaman dahulu dengan memanfaatkan bukit shafa sebagai media
publikasi untuk menyampaikan informasi atau ilmu ke kalangan eksternal.
Media publik adalah sarana pendidikan yang dapat menjangkau masyarakat banyak. Media publik dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Media cetak seperti buku, koran, majalah, dan lain-lain
2. Media elektronik, seperti Televisi, radio, internet, dan lain-lain.
Media publik berfungsi sebagai fasilitas penunjang agar suatu informasi dapat diterima dengan baik dari segi kualitasnya.[3]
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
- Media publik adalah sarana pendidikan yang dapat menjangkau masyarakat banyak
- Media publik berfungsi sebagai fasilitas penunjang agar suatu informasi yang dapat diterima dengan baik dari segi kualitasnya
- Rasulullah Saw memanfaatkan bukit shafa sebagai media publikasi dalam menyampaikan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Sihabudin bin Ali bin Hajar Al-Asqalani. T.th. Taqribu At-Tahdizb, Juz I. Beirut: darul Shodah.
Al-Azqalani, Ibnu Hajar dan Al Imam Al-Hafizh. 2008. Fathul Baari. Juz. 23. Jakarta: Pustaka Azzam.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
RESUME HADITS TARBAWI II
MEMANFAATKAN MEDIA PUBLIK UNTUK MENYEBARKAN ILMU KE KALANGAN EKSTERNAL
A. HADITS
عَنْ
اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُ عَنْهُمَا قَالَ (لَمَّا نَزَلَتْ:
وَأَنْذِرْ عَشِيْرَ تَكَ اْلاَقْرَبِيْنَ وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ
الْمُخْلَصِيْنَ خَرَجَ رَسُوْلُ الله ِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَتَّى صَعِدَ الصَّفَا فَهَتَفَ بَاصَبَاحَاهْ فَقَالُوْا مَنْ هَذَا
فَاجْتَمَعُوْ إِلَيْهِ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخْبَرْ تُكُمْ أَنَّ
خَيِلاً تَخْرُجُ مِنْ سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ َاكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ
قَالُوا مَاجَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبً قَالَ فَإِنِّي نَذِيْرٌ لَكُمْ
بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ قَالَ أَبُوْلَهَبٍ تَبَّالَكَ
مَاجَمِعْتَنَا إِلاَّ لِهَذَا ثُمَّ قَامَ فَنَزَ لَتْ تَبَّتْ يَدَا
أَبِيْ لَهَبٍ وَتَبَّ, وَقَدْ تَبَّ)
(رواه البخارى فى الصحيح, كتاب تفسير القرآن الكريم, باب تباب خسران تتبيب تدمير)
B. TARJAMAH
Dari
Abu Abbad r.a. berkata: “Ketika turun firman-Nya, dan berilah
peringatan kerabat-kerabatmu yang terdekat dan golonganmu diantara
mereka yang ikhlas. Rasulullah Saw keluar kemudian naik ke bukit shafa
dan berseru “waspadalah”, maka mereka berkata siapa ini, maka
berkumpullah kemari. Beliau bersabda: bagaimana pendapatmu jika aku
mengabarkan bahwa pasukan berkuda akan keluar dari balik gunung ini,
apakah kalian mempercayaiku? Mereka berkata: Kami tidak pernah melihat
engkau berdusta, beliau bersabda: Sesungguhnya aku pemberi peringatan
bagi kalian di hadapan adzab yang pedih. Abu Lahab berkata; Celakalah
engkau, apakah engkau mengumpulkan kami kecuali untuk ini? Kemudian
Rasulullah Saw pergi, maka turunlah ayat, binasalah kedua tangan Abu
lahab, dan sungguh ia binasa.
C. ASPEK TARBAWI
Dari
keterangan hadits di atas, jelas bahwa dalam menyampaikan suatu ilmu
atau informasi meliputi semua kalangan termasuk orang-orang kafir tanpa
membedakan-bedakan suku, ras, maupun agama. Kita sebagai umat Islam
hendaknya bisa menerapkan apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw
pada zaman dahulu dengan memanfaatkan bukit shafa sebagai media
publikasi untuk menyampaikan informasi atau ilmu ke kalangan eksternal.
Media publik adalah sarana pendidikan yang dapat menjangkau masyarakat banyak. Media publik dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Media cetak seperti buku, koran, majalah, dan lain-lain
2. Media elektronik, seperti Televisi, radio, internet, dan lain-lain.
Media publik berfungsi sebagai fasilitas penunjang agar suatu informasi dapat diterima dengan baik dari segi kualitasnya.[4]
[1] Sihabudin Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Taqribu At-Tahdizb, Juz I (Beirut: darul Shodah), hlm. 296
[2] Ibnu Hajar Al-Azqalani, Al Imam Al-Hafizh, Fathul Baari (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), Juz. 23, hlm. 527
[3] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 121
[4] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 121
Tidak ada komentar:
Posting Komentar