MAKALAH
PENGUNAAN PANCA INDERA
AKAN DINILAI DAN DIMINTAI PERTANGGUNG JAWABAN
Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Muhammad Ghufron, M.Ag
Disusun Oleh :
KHOTIMAH
202 111 0065
Kelas B
JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
PENDAHULUAN
Pendengaran
merupakan pemeliharaan pengetahuan yang diperoleh dari orang lain.
Penglihatan merupakan pengembangan pengetahuan dengan hasil observasi
dan penelitian yang berkaitan dengannya. Hati merupakan sarana
membersihkan ilmu pengetahuan dari kotoran dan noda sehingga lahirnya
ilmu pengetahuan yang murni. Jika ketiga itu dipadukan terciptalah ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan apa yang dikaruniakan Allah kepada
manusia yang hanya dengan pengetahuan itulah manusia mampu mengatasi
masalah.
Atas
pendengaran dan penglihatan dan hati dan seluruh anggota tubuh yang
diberikan Allah, manusia bertanggungjawab untuk memanfaatkan semuanya
dalam jalan kebaikan.
A. MATERI HADITS
عَنْ أَبِي هُرَ يْرَةَ وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ قَا لَا قَا لَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلّمَ : { يُؤْتَى
بِالْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُوْلُ اللهُ لَهُ أَلَمْ أَجْعَلْ
لَكَ سَمْعًا وَبَصَرًا وَمَالاً وَوَلَدًا وَسَخَّرْتُ لَكَ الْأَنْعَامَ
وَ الْحَرْثَ وَتَرَكْتُكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَكُنْتَ تَظُنُّ اَنَّكَ
مُلَا قِي يَوْمَكَ هَذَا قَالَ فَيَقُوْلُ لَهُ الْيَوْمَ أَنْسَاكَ كَمَا
نَسِيْتَنِي }
قَالَ أَبُوْعِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ غَرِيْبٌ وَمَعْنَى قَوْلِهِ
الْيَوْمَ أَنْسَاكَ يَقُوْلُ الْيَوْمَ أَتْرُكُكَ فِي الْعَذَابِ
هَكَذَا فَسَّرُوْهُ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى وَقَدْ فَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ
الْعِلْمِ هَذِهِ الْاَيَةَ فَلْيَوْمَ نَنْسَا هُمْ قَلُوا اِنَّمَا
مَعْنَاهُ الْيَوْمَ نَتْرُكُهُمْ فِي الْعَذَابِ
)رواه الترمذي فى الجامع, كتاب صفة القيامة والرقائق والورع عن رسولالله(
B. Terjemahan Hadits
“Dari
Abu Hurairah dan Abu said berkata: Rasulullah SAW bersabda seseorang
hamba dihadapkan pada hari kiamat lalu Allah berfirman kepada-Nya:
Bukankah aku berikan kepadamu pendengaran, penglihatan, harta benda dan
anak dan menyerahkan kepadamu hewan ternak dan pertanian dan aku biarkan
kamu memimpin dan menunggu, maka apakah kamu menyangka bahwa kamu akan
menjumpai-Ku pada hari ini? Dia menjawab: Tidak. Allah berfirman
kepadanya: Hari ini Aku lupakan kamu seperti kamu telah melupakan-Ku.
Ini hadits Shahih Gharib. Adapun arti kata: hari ini Aku melupakanmu
seperti kamu melupakan-Ku adalah hari ini Aku biarkan kamu dalam siksa. (HR. At Tirmidzi)
Dan
demikian pula sebagian Ahli tafsir menafsiri ayat (maka pada hari ini
kami melupakan mereka). Mereka bertanya: Artinya hari kami membiarkanmu
dalam siksa.[1]
C. Arti mufrodat
وَبَصَرًا Penglihatan
|
الْعبْدُ Seorang hamba
|
مُلَاقِى Bertemu
|
Pertanian وَاْلحَرْثُ
|
Binatang ternak الْأَنْعَامَ
|
اْلعَذاَبَ Siksa
|
Aku lupakan kamu أَنْسَاكَ
|
Memimpin تَرْأَسُ
|
D. Biografi Perawi Hadits
Abu Hurairah ketika
masih dalam masa jahiliyah bernama Abdul al Syam bin Shahr. Setelah
memeluk Islam namanya diganti Rasulullah SAW dengan Abdul Al-Rahman.
Beliau berasal dari qobilah Daus, salah satu qobilah yang populer di
negeri Yaman.
Semula
beliau bekerja sebagai penggembala domba. Dan setiap menggembalakan
kecilnya domba-dombanya, beliau selalu ditemani seekor kucing kecilnya.
Beliau sangat menyayangi kucingnya itu, sehingga siang dan malam selalu
dijadikan temannya.
Ketika
beliau menggembalakan domba-dombanya kucing kecil itu diletakan diatas
pohon, dan oleh karena sangat sayangnya terhadap kucing kecil itu,
kemudian orang-orang menyebutkan Abu Hurairah (Bapak kucing kecil).[2]
Abu
Hurairah memeluk Islam pada tahuh ke-7 H. Saat terjadi perang Khaibar.
Ketika beliau berusia kurang lebih tiga puluh tahun. Beliau datang ke
Madinah, menemui Nabi saat beliau baru saja pulang dari perang Khaibar.
Kemudian dia tinggal di Suffah (serambi) masjid. Di tempat itu, beliau
menjadi seseorang yang arif diantara orang-orang yang tinggal di Suffah
masjid Nabi, beliau menjadi seseorang ilmuan dan ahli ibadah. Beliau
adalah seseorang diantara tamu-tamu Islam dan hamba-hamba Allah yang
tenggelam dalam ridha ilahi, karena penghuni suffah adalah seperti
penghuni Al-Jamiah (sebuah perguruan tinggi) yang kokoh tiang penegaknya
adalah kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang yang
sabar dalam menghadapi kesusahan dan bencana, sebab dalam kehidupannya
sehari-hari selalu terbuai oleh kemesraan dengan Ridha Allah.
Abu
Hurairah adalah orang yang panjang usianya, beliau hidup selama empat
puluh tahun sesudah wafat Rasulullah. Dalam masa itulah beliau giat
sekali mempublikasikan hadits-hadits Rasulullah dikalangan orang banyak,
sehingga beliau menjadi referensi orang-orang Islam dalam meriwayatkan
hadits. Ketika Abu Hurairah meninggal, Abdullah bin Umar merasa sedih sekali,
dan berucap Abu Hurairah adalah seorang penghafal hadits-hadits
Rasulullah diatas orang-orang Islam. Abu Hurairah meninggal dunia dalam
usia 78 tahun di Madinah pada tahun 57 H.
E. Syarah atau Keterangan Hadits
قوله )تَرْأَسُ( رَاءْ سُ الْقَوْمَ يَرْاَ سُهُمْ
Lafadz
ini mempunyai arti pemimpin pada suatu kaum yang telah memimpin mereka
pada waktu itu. Jadi dapat disimpulkan kepemimpinan seseorang akan
dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat nanti.
)تَرْبَعُ( تَاءْخُذُ رَبْعُ الغَنِيْمَة
Dapat
diartiakan mengambil seperempat harta rampasan. Dia berkata kepada
sebagian kaum ketika telah mengambil seperempat dari harta mereka yang
berarti bukankah aku telah menjadikanmu pemimpin yang taat.[3]
F. Kandungan Aspek Tarbawi
Dalam kitab Lisanul Arab bahwa kata سَمْعًاً diartikan pendengaran dan بَصَرًا diartikan
penglihatan sebagai makhluk yang sempurna manusia telah dilengkapi oleh
Allah dengan panca indera. Salah satu indera yang terpenting adalah
pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata). Dengan pendengaran dan
penglihatan manusia dapat mengenal segala pernak-pernik kehidupan ini,
dapat mendengar dan melihat hal-hal yang baik dan buruk, serta dapat
menikmati keindahan alam. Pendengaran dan penglihatan merupakan salah
satu anugerah yang terbesar yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
Sebagai
bentuk rasa syukur kita atas anugerah Allah ini. Kita harus
memanfaatkannya sesuai dengan perintah Allah, dan jangan sampai
sebaliknya. Di era globalisasi sekarang ini kita tidak boleh tertinggal,
dengan alat indera ini kita gunakan sebaik-baiknya untuk mencapai ilmu
pengetahuan semaksimal mungkin, kita ciptakan inovasi-inovasi baru,
pemikiran-pemikiran yang berkualitas, memunculkan hal-hal yang membawa
umat manusia kepada kesuksesan, menciptakan lapangan pekerjaan, yang
kesemuanya itu bertujuan untuk menuju kepada kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Rasa
tanggung jawab itu akan terpelihara didalam diri manusia yang sadar,
selalu ingat adil jauh dari penyelewengan, tidak tunduk pada hawa nafsu,
jauh dari kedzaliman dan kesesatan, serta istiqomah dalam segala
perilaku. Rasulullah SAW pun mengatakan bahwa manusia bertanggung jawab
atas umur, harta, dan kemudaannya lewat sabdanya :
لَا
تَزُوْلُ قُدَ مَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ حَتَّى يَسْأَ لَ عَنْ
اَرْبَعِ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَ اَفْنَاهُ؟ وَعَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ
فِيْهِ؟ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ ابلْاَهُ ؟ )اخر جه التر مذى(
“Tidaklah
beranjak kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum dimintai
pertanggungjawaban empat hal ini: tentang usia, dihabiskan untuk apa
usia itu, tentang ilmu pengetahuan, diamalkan untuk apa ilmunya itu,
tentang harta diperoleh dari mana dan dibelanjakan untuk apa hartanya
itu dan tentang tubuhnya, dilusuhkan untuk apa tubuhnya itu (HR.
Tirmidzi).
Allah
telah menciptakan pendengaran, penglihatan dan hak sebagai sarana untuk
merenung tafakur, berfikir jernih, serta meneliti alam semesta ini.
Kemudian dengan akal dan hatinya, manusia mengolah alam ini untuk
dijadikan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Kita di didik secara
ilmiah melalui berfikir obsevasi, diskusi hingga penyimpulan akhirnya
kita dapat meraih ilmu pengetahuan dan menghasilkan sesuatu.[4]
PENUTUP
Indera merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan. Salah
satunya pendengaran dan penglihatan yanag mana keduanya merupakan
sesuatu yang sangat berharga dalam kepentingan ilmu pengetahuan. Apa
yang baru dan keduanyalah yang nantinya akan dimintai pertanggung
jawaban di hari kiamat nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maliki Muhammad Alawi. Ilmu Ushul Hadits. Pustaka Belajar. Yogyakarta. 2009
An-Nahlawi Abdul Rahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Bema Insani presS. Jakarta. 1995
Rahman, Muhammad Abdur. Kitab Tuhfatul Al wadzi. juz 7
Surah At-Tirmidzi bin Mohammad Isa. Tarjamah sunan At-Tirmidzi. juz 4. As Syifa. Semarang,1992
[1] Mohammad Isa bin Surah At-Tirmidzi, Tarjamah sunan At-Tirmidzi, juz 4, (Semarang : As Syifa,1992).
[2] Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadits, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), Hal. 187.
[3] Muhammad Abdur Rahman, Kitab Tuhfatul Al wadzi, juz 7. Hal. 115.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar