Powered By Blogger

Selasa, 06 Maret 2012

MAKALAH
PENGUNAAN PANCA INDERA
AKAN DINILAI DAN DIMINTAI PERTANGGUNG JAWABAN


Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah  : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu  : Muhammad Ghufron, M.Ag


Disusun Oleh :
KHOTIMAH
202 111 0065
Kelas B

JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
PENDAHULUAN

Pendengaran merupakan pemeliharaan pengetahuan yang diperoleh dari orang lain. Penglihatan merupakan pengembangan pengetahuan dengan hasil observasi dan penelitian yang berkaitan dengannya. Hati merupakan sarana membersihkan ilmu pengetahuan dari kotoran dan noda sehingga lahirnya ilmu pengetahuan yang murni. Jika ketiga itu dipadukan terciptalah ilmu pengetahuan yang sesuai dengan apa yang dikaruniakan Allah kepada manusia yang hanya dengan pengetahuan itulah manusia mampu mengatasi masalah.
Atas pendengaran dan penglihatan dan hati dan seluruh anggota tubuh yang diberikan Allah, manusia bertanggungjawab untuk memanfaatkan semuanya dalam jalan kebaikan.










A.  MATERI HADITS

عَنْ أَبِي هُرَ يْرَةَ وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ قَا لَا قَا لَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلّمَ : { يُؤْتَى بِالْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُوْلُ اللهُ لَهُ أَلَمْ أَجْعَلْ لَكَ سَمْعًا وَبَصَرًا وَمَالاً وَوَلَدًا وَسَخَّرْتُ لَكَ الْأَنْعَامَ وَ الْحَرْثَ وَتَرَكْتُكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَكُنْتَ تَظُنُّ اَنَّكَ مُلَا قِي يَوْمَكَ هَذَا قَالَ فَيَقُوْلُ لَهُ الْيَوْمَ أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيْتَنِي } قَالَ أَبُوْعِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ غَرِيْبٌ وَمَعْنَى قَوْلِهِ الْيَوْمَ أَنْسَاكَ يَقُوْلُ الْيَوْمَ أَتْرُكُكَ فِي الْعَذَابِ هَكَذَا فَسَّرُوْهُ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى وَقَدْ فَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذِهِ الْاَيَةَ فَلْيَوْمَ نَنْسَا هُمْ قَلُوا اِنَّمَا مَعْنَاهُ الْيَوْمَ نَتْرُكُهُمْ فِي الْعَذَابِ
)رواه الترمذي فى الجامع, كتاب صفة القيامة والرقائق والورع عن رسولالله(


B.  Terjemahan Hadits
“Dari Abu Hurairah dan Abu said berkata: Rasulullah SAW bersabda seseorang hamba dihadapkan pada hari kiamat lalu Allah berfirman kepada-Nya: Bukankah aku berikan kepadamu pendengaran, penglihatan, harta benda dan anak dan menyerahkan kepadamu hewan ternak dan pertanian dan aku biarkan kamu memimpin dan menunggu, maka apakah kamu menyangka bahwa kamu akan menjumpai-Ku pada hari ini? Dia menjawab: Tidak. Allah berfirman kepadanya: Hari ini Aku lupakan kamu seperti kamu telah melupakan-Ku. Ini hadits Shahih Gharib. Adapun arti kata: hari ini Aku melupakanmu seperti kamu melupakan-Ku adalah hari ini Aku biarkan kamu dalam siksa. (HR. At Tirmidzi)
Dan demikian pula sebagian Ahli tafsir menafsiri ayat (maka pada hari ini kami melupakan mereka). Mereka bertanya: Artinya hari kami membiarkanmu dalam siksa.[1]

C.  Arti mufrodat
وَبَصَرًا       Penglihatan
الْعبْدُ               Seorang hamba
     مُلَاقِى    Bertemu
  Pertanian                 وَاْلحَرْثُ
 Binatang ternak  الْأَنْعَامَ   
اْلعَذاَبَ    Siksa                     
Aku lupakan kamu             أَنْسَاكَ    
Memimpin                                 تَرْأَسُ                                   

D.  Biografi Perawi Hadits
Abu Hurairah  ketika masih dalam masa jahiliyah bernama Abdul al Syam bin Shahr. Setelah memeluk Islam namanya diganti Rasulullah SAW dengan Abdul Al-Rahman. Beliau berasal dari qobilah Daus, salah satu qobilah yang populer di negeri Yaman.
Semula beliau bekerja sebagai penggembala domba. Dan setiap menggembalakan kecilnya domba-dombanya, beliau selalu ditemani seekor kucing kecilnya. Beliau sangat menyayangi kucingnya itu, sehingga siang dan malam selalu dijadikan temannya.
Ketika beliau menggembalakan domba-dombanya kucing kecil itu diletakan diatas pohon, dan oleh karena sangat sayangnya terhadap kucing kecil itu, kemudian orang-orang menyebutkan Abu Hurairah (Bapak kucing kecil).[2]
Abu Hurairah memeluk Islam pada tahuh ke-7 H. Saat terjadi perang Khaibar. Ketika beliau berusia kurang lebih tiga puluh tahun. Beliau datang ke Madinah, menemui Nabi saat beliau baru saja pulang dari perang Khaibar. Kemudian dia tinggal di Suffah (serambi) masjid. Di tempat itu, beliau menjadi seseorang yang arif diantara orang-orang yang tinggal di Suffah masjid Nabi, beliau menjadi seseorang ilmuan dan ahli ibadah. Beliau adalah seseorang diantara tamu-tamu Islam dan hamba-hamba Allah yang tenggelam dalam ridha ilahi, karena penghuni suffah adalah seperti penghuni Al-Jamiah (sebuah perguruan tinggi) yang kokoh tiang penegaknya adalah kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang yang sabar dalam menghadapi kesusahan dan bencana, sebab dalam kehidupannya sehari-hari selalu terbuai oleh kemesraan dengan Ridha Allah.
Abu Hurairah adalah orang yang panjang usianya, beliau hidup selama empat puluh tahun sesudah wafat Rasulullah. Dalam masa itulah beliau giat sekali mempublikasikan hadits-hadits Rasulullah dikalangan orang banyak, sehingga beliau menjadi referensi orang-orang Islam dalam meriwayatkan hadits. Ketika Abu Hurairah meninggal, Abdullah bin Umar merasa sedih  sekali, dan berucap Abu Hurairah adalah seorang penghafal hadits-hadits Rasulullah diatas orang-orang Islam. Abu Hurairah meninggal dunia dalam usia 78 tahun di Madinah pada tahun 57 H.
E.  Syarah atau Keterangan Hadits

قوله )تَرْأَسُ( رَاءْ سُ الْقَوْمَ يَرْاَ سُهُمْ
   Lafadz ini mempunyai arti pemimpin pada suatu kaum yang telah memimpin mereka pada waktu itu. Jadi dapat disimpulkan kepemimpinan seseorang akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat nanti.
)تَرْبَعُ( تَاءْخُذُ رَبْعُ الغَنِيْمَة
   Dapat diartiakan mengambil seperempat harta rampasan. Dia berkata kepada sebagian kaum ketika telah mengambil seperempat dari harta mereka yang berarti bukankah aku telah menjadikanmu pemimpin yang taat.[3]



F.   Kandungan Aspek Tarbawi
                 Dalam kitab Lisanul Arab bahwa kata سَمْعًاً diartikan pendengaran dan  بَصَرًا  diartikan penglihatan sebagai makhluk yang sempurna manusia telah dilengkapi oleh Allah dengan panca indera. Salah satu indera yang terpenting adalah pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata). Dengan pendengaran dan penglihatan manusia dapat mengenal segala pernak-pernik kehidupan ini, dapat mendengar dan melihat hal-hal yang baik dan buruk, serta dapat menikmati keindahan alam. Pendengaran dan penglihatan merupakan salah satu anugerah yang terbesar yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
                 Sebagai bentuk rasa syukur kita atas anugerah Allah ini. Kita harus memanfaatkannya sesuai dengan perintah Allah, dan jangan sampai sebaliknya. Di era globalisasi sekarang ini kita tidak boleh tertinggal, dengan alat indera ini kita gunakan sebaik-baiknya untuk mencapai ilmu pengetahuan semaksimal mungkin, kita ciptakan inovasi-inovasi baru, pemikiran-pemikiran yang berkualitas, memunculkan hal-hal yang membawa umat manusia kepada kesuksesan, menciptakan lapangan pekerjaan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Rasa tanggung jawab itu akan terpelihara didalam diri manusia yang sadar, selalu ingat adil jauh dari penyelewengan, tidak tunduk pada hawa nafsu, jauh dari kedzaliman dan kesesatan, serta istiqomah dalam segala perilaku. Rasulullah SAW pun mengatakan bahwa manusia bertanggung jawab atas umur, harta, dan kemudaannya lewat sabdanya :
 لَا تَزُوْلُ قُدَ مَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ حَتَّى يَسْأَ لَ عَنْ اَرْبَعِ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَ اَفْنَاهُ؟ وَعَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ فِيْهِ؟ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ ابلْاَهُ ؟  )اخر جه التر مذى(  
                   “Tidaklah beranjak kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum dimintai pertanggungjawaban empat hal ini: tentang usia, dihabiskan untuk apa usia itu, tentang ilmu pengetahuan, diamalkan untuk apa ilmunya itu, tentang harta diperoleh dari mana dan dibelanjakan untuk apa hartanya itu dan tentang tubuhnya, dilusuhkan untuk apa tubuhnya itu (HR. Tirmidzi).
           
                     Allah telah menciptakan pendengaran, penglihatan dan hak sebagai sarana untuk merenung tafakur, berfikir jernih, serta meneliti alam semesta ini. Kemudian dengan akal dan hatinya, manusia mengolah alam ini untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Kita di didik secara ilmiah melalui berfikir obsevasi, diskusi hingga penyimpulan akhirnya kita dapat meraih ilmu pengetahuan dan menghasilkan sesuatu.[4]   
              














PENUTUP

          Indera merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan. Salah satunya pendengaran dan penglihatan yanag mana keduanya merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam kepentingan ilmu pengetahuan. Apa yang baru dan keduanyalah yang nantinya akan dimintai pertanggung jawaban di hari kiamat nanti.























DAFTAR PUSTAKA

Al-Maliki Muhammad Alawi. Ilmu Ushul Hadits. Pustaka Belajar. Yogyakarta.                                                                                           2009
An-Nahlawi Abdul Rahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Bema Insani presS. Jakarta. 1995
Rahman, Muhammad Abdur. Kitab Tuhfatul Al wadzi. juz 7
Surah At-Tirmidzi bin Mohammad Isa. Tarjamah sunan At-Tirmidzi. juz 4. As Syifa. Semarang,1992


[1] Mohammad Isa bin Surah At-Tirmidzi, Tarjamah sunan At-Tirmidzi, juz 4, (Semarang : As Syifa,1992).
[2] Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadits, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), Hal. 187.
[3] Muhammad Abdur Rahman, Kitab Tuhfatul Al wadzi, juz 7. Hal. 115.
[4] Abdul Rahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Bema Insani press, 1995).Hal. 44.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar