Powered By Blogger

Minggu, 18 Maret 2012

MAKALAH
PERINTAH UNTUK MENGAMATI ALAM SEMESTA

Disusun untuk memenuhi tugas:
                        Mata kuliah                 : Hadits Tarbawi II
                        Dosen pengampu        : Muhammad Hufron, M.S.I




 
                                                                      









Oleh :
                                                Nama   : Naila Qonita
                                                NIM    : 2021110076
                                                Kelas   : B


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2012


PENDAHULUAN

Manusia sudah tidak asing lagi dengan yang namanya alam semesta. Alam semesta, merupakan suatu ruangan atau selungkup dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit beserta bintang sebagai atapnya.
Apa yang ada di antara bumi dan langit, seperti udara, hujan, gunung, sungai, dan sebagainya itu adalah ciptaan Allah SWT.
Dan dalam makalah ini saya akan mencoba menjelaskan tentang perintah untuk mengamati alam raya, dan juga untuk menyadari bahwa Allah itu Maha Esa.

















PEMBAHASAN
A. Materi Hadits
عن ابي  ذر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : تفكّر فى خلق الله ولا تفكّرو فى الله فتهلكوا
B. Terjemah Hadits
Dari Abu Dzar ra. berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Berpikirlah kamu sekalian tentang yang di ciptakan Allah (makhluk-Nya Allah) dan janganlah kamu sekalian  memikirkan tentang dzat Allah, niscaya kamu sekalian akan binasa/celaka”.
C. Mufrodat
berfikirlah                                   :
تفكّروا
pada ciptaan Allah                      :
فى خلق الله
hancurlah                                    :
فتهلكوا

D. Biografi Abu Dzar
Nama lengkapnya yang mashur ialah Jundub bin Junadah Al Ghifari dan terkenal dengan kuniahnya Abu Dzar.
Abu Dzar berasal dari suku Ghifar, Bani Ghifar adalah qabilah Arab suku badui yang tinggal di pegunungan yang jauh dari peradaban orang-orang kota. Lebih-lebih lagi suku ini terkenal sebagai gerombolan perampok yang senang berperang dan menumpahkan darah serta pemberani. Bani Ghifar terkenal juga sebagai suku yang tahan menghadapi penderitaan dan kekurangan serta kelaparan.[1]
Ia memeluk Islam dengan sukarela, ia salah satu sahabat yang terdahulu dalam memeluk Islam. Ia mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekkah untuk menyatakan keislamannya.
Abu Dzar, sosok pria pemberani yang bila meyakini kebenaran sesuatu perkara, dia tidak akan peduli menyatakan keyakinannya di hadapan siapapun meskipun harus menghadapi resiko seberat apapun. Dan apa yang dihadapinya, tidak menciutkan nyalinya untuk mengulang proklamasi keimanannya di depan Ka’bah menantang para dedengkot kafir Quraisy.
Dia dikenal sangat setia kepada Rasulullah. Kesetiaan itu misalnya dibuktikan sosok sederhana ini dalam satu perjalanan pasukan Muslim menuju medan Perang Tabuk melawan kekaisaran Bizantium. Karena keledainya lemah, ia rela berjalan kaki seraya memikul bawaannya. Saat itu sedang terjadi puncak musim panas yang sangat menyayat.
Dia keletihan dan roboh di hadapan Nabi SAW. Namun Rasulullah heran kantong airnya masih penuh. Setelah ditanya mengapa dia tidak minum airnya, tokoh yang juga kerap mengkritik penguasa semena-mena ini mengatakan, "Di perjalanan saya temukan mata air.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW. Abu Dzar cenderung menyendiri. Tampak benar kesedihan pada wajahnya. Dia adalah orang yang keras, tegas, pemberani, dan sangat kuat berpegang dengan segenap ajaran Nabi Muhammad SAW disamping kebenciannya kepada segala bentuk kebid’ahan (yakni segala penyimpangan dari ajaran Nabi SAW). Dia adalah orang yang penyayang terhadap orang-orang lemah dari kalangan faqir dan miskin. Abu Dzar Al Ghifary, sahabat setia Rasulullah itu, mengabdikan sepanjang hidupnya untuk Islam.[2]

E. KETERANGAN HADITS                                     
 (تفكروا في خلق الله )  artinya “Berpikirlah kamu sekalian tentang yang di ciptakan Allah (makhluk-Nya Allah).
Maksudnya adalah bahwa kita sebagai makhluk Allah dianjurkan untuk berfikir tentang makhluk-makhluk Allah yang diketahui oleh hamba-hamba Allah secara global, bukan secara terperinci seperti langit dengan bintang-bintangnya, bumi dengan apa yang ada di dalamnya seperti gunung, sungai, hewan dan tumbuhan, laut, dan sebagainya, dan apa yang ada di antara bumi dan langit, seperti udara, hujan, dan lain sebagainya.
Ciptaan-ciptaan-Nya dapat memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, menunjukkan atas keagungan dan kebesaran Allah.
( ولا تفكروا في الله فتهلكوا ) artinya “dan janganlah kamu sekalian  memikirkan tentang dzat Allah, niscaya kamu sekalian akan binasa/celaka”.
            Menurut Ibnu Arobi, kemampuan akal manusia itu sangat terbatas.[3]

F. ASPEK TARBAWI
Aspek Tarbawi dari hadits ke 32 ini adalah, bahwa kita sebagai manusia di perintahkan untuk berpikir tentang segala sesuatu yang telah Allah ciptakan. Kita juga harus sadar bahwa Allah itu maha Agung.
Dan juga kita harus bisa berpikir tentang makhluk-makhluk Allah, seperti langit-langit,  bintang-bintang, perubahan dan perputaranya dalam terbit dan terbenamnya, dan bumi terdapat sesuatu di dalamnya dari gunung-gunungnya, sungai dan lautnya, hewan dan tumbuh-tumbuhannya dan diantara keduanya, mendung, hujan, petir dan halilintar. Itu semua menunjukan atas keagungan dan kebesaran Allah, dan yang terperinci itu panjang.
Sebagai manusia seharusnya kita tidak memikirkan akan Dzat Allah, karena akal manusia itu sangatlah terbatas dan tidak akan sampai jika untuk memikirkan dzat Allah.
PENUTUP

Alam semesta atau jagat raya adalah suatu ruangan yang maha besar yang di dalamnya terdapat berbagai macam peristiwa yang dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak dapat diungkap oleh manusia.
Dalam makalah ini sudah di jelaskan, bahwa kita sebagai makhluk Allah harus bisa berpikir bahwa Allah itu yang menciptakan alam semesta ini beserta seluruh isinya. Allah itu Maha Esa, dan karena ciptaan-ciptaanNya itu yang menunjukkan keagungan Allah.


DAFTAR PUSTAKA

Imam Nawawi. 2003. Faidhul Qodir. Juz 3. Mesir. Maktabah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar