Powered By Blogger

Selasa, 06 Maret 2012

SUMBER ILMU PENGETAHUAN (EPISTEMOLOGI)
PERSEPSI INDRA (SENSE) – DORONGAN UNTUK MEMANFAATKAN PANCA INDERA SEMAKSIMAL MUNGKIN

 

Disusun guna memenuhi tugas :

Mata Kuliah             : Hadis Tarbawi II
Dosen Pengampu     : Ghufron Dimyati, M.S.I.
stain






Disusun Oleh :
Kelompok IV  Kelas B
Dina Rina        2021110064



SEKOLAH  TINGGI  AGAMA  ISLAM  NEGERI
( STAIN )  PEKALONGAN
2011
PENDAHULUAN

Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber-sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya meliputi Alquran dan Assunnah, alam semesta, diri manusia, dan sejarah.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang sumber ilmu pengetahuan yang berada dalam urutan ketiga yaitu diri manusia. Yang dimaksud dengan diri manusia disini Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses penciptaannya, baik secara fisiologis/fisik (QS 86/5) maupun psikologis/jiwa manusia tersebut (QS 91/7-10). Dan kami akan lebih fokus membahas tentang sumber ilmu pengetahuan mengenai diri manusia pada aspek fisiologis/fisik menyangkut panca indra atau lebih tepatnya yaitu “Dorongan Untuk Memanfaatkan Panca Indra Semaksimal Mungkin.”



















A.    Hadis Tentang Dorongan Untuk Memanfaatkan Panca Indra semaksimal Mungkin
عن عبد اللّه قال: وكان (النبي صلى الله عليه وسلم) يعلمنا كلماتٍ، ولم يكن يعلمناهنَّ كما يعلمنا التشهد: اللهم ألف بين قلوبنا، وأصلح ذات بيننا، واهدنا سبل السلام، ونجنا من الظلمات إلى النور، وجنبنا الفواحش ما ظهر منها وما بطن، وبارك لنا في أسماعنا، وأبصارنا، وقلوبنا، وأزواجنا، وذرياتنا، وتب علينا, إنك أنت التواب الرحيم، واجعلنا شاكرين لنعمتك، مثنين بها قابليها، وأتمها علينا (رواه ابوداود)[1]

B.     Terjemahan
“Dari Abdullah berkata: Rasulullah Saw. mengajarkan kami beberapa kalimat, dan beliau tidak mengajarkannya kepada kami sebagaimana beliau mangajarkan kami tasyahhud, yaitu: Allahumma allif baina wa aslih zhaata baininaa wah dinaa subulas salaami. Wa najjinaa min dzulumaati ilannuuri wa jannibnaal fawaahisya maa dhoharo minhaa wa maa bathona wa baariklanaa fii asmaa’inaa wa abshoorinaa wa quluubinaa wa azwaajinaa wa zhurriyyaatinaa wa tub’alainaa innaka antat tawwaabur rahiimu waj ‘alnii syaakiriina lini’matika muttsniina bihaa qaabiliihaa wa atimmahaa ‘alainaa. Wahai Allah, berilah kelembutan hati kami, damaikanlah diantara kami, tunjukilah kami kepada jalan kesejahteraan, selamatkanlah kami dari kegelapan pada jalan menuju kebenaran, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji baik yang nampak dan yang samar, limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, istri kami, dan cucu kami, terimalah taubat kami, Sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima Taubat Lagi Maha Penyayang dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri nikmat Engkau berterima kasih lagi menerimannya, dan sempurnakanlah nikmat itu atas kami.”[2] (HR. Abu Daud)

C.    Mufrodat[3]
Kegelapan
الظلمات
mengajarkan kami
يعلمنا
jauhkanlah kami
وجنبنا
beberapa kalimat
كلماتٍ
perbuatan-perbuatan keji
الفواحش
Kelembutan
ألف
Berkah
بارك
hati kami
قلوبنا
pendengaran kami
أسماعنا
Damaikanlah
أصلح
penglihatan kami
أبصارنا
tunjukilah kami
اهدنا
istri kami
أزواجنا
Jalan
سبل
cucu kami
ذرياتنا
Kesejahteraan
السلام
dan sempurnakanlah
وأتمها
selamatkanlah kami
ونجنا

D.    Biografi Abdullah bin Mas’ud
Nama lengkapnya Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Hubaib al Hadzali, biasa dipanggil Abu Abdurrahman. Sewaktu muda, ia bekerja sebagai pengembala kambing di Makkah milik Uqbah bin Abi Mu’ith.[4]
Abdullah selalu mengikuti Rasulullah sejak usia belia. Pendengarannya selalu dihiasi dengan ayat-ayat Al Quran sejak turun kepada Rasulullah. Kiprahnya dalam memilihara Al Quran tidak perlu diragukan lagi. Ia hidup bersama dan untuk Al Quran.
Ia berada diurutan ke-6 diantara orang yang mula-mula masuk Islam. Ia adalah orang pertama di Makkah yang berani membaca alquran dengan suara lantang (keras). Suara dan bacaannya sangat bagus. Ia ikut hijrah ke Habasyah (Eithopia) dan ke Madinah serta tidak pernah absen mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah.
Dalam perang Uhud, ia berhasil menebas leher Abu Jahal setelah Muadz berhasil menikamnya.
Ia berpostur tubuh kurus dan pendek. Kalau berdiri, tingginya hampir sama dengan orang yang sedang duduk.
Suatu hari, para sahabat tertawa saat melihat kedua betis Ibnu Mas’ud yang sangat kecil. Lalu Rasulullah mengatakan, “Demi jiwaku yang berada digenggaman-nya, sesungguhnya kedua betisnya itu lebih berat dalam timbangan daripada gunung Uhud.” (HR. Ahmad)
Abdullah bin Mas’ud wafat pada tahun 32 H. dalam usia 65 tahun. Ia wafat di Madinah dan telah meriwayatkan 840 hadist.[5]
E.     Keterangan dari Kitab Syarah[6]
(Beliau mengajarkan kami beberapa kalimat)
(وكان يعلمنا كلماتٍ)
yaitu bukan tasyahhud
اي غير التشهد
dan itu adalah Allahumma allif baina quluubinaa dan seterusnya
وهي اللهم الف بين قلوبنا الخ
(berilah kelembutan hati kami)
(ألف بين قلوبنا)
yaitu lebih meneguhkan hati diantara kami
اي اوقع اﻷلفة بينها
(damaikanlah diantara kami)
(وأصلح ذات بيننا)
Yaitu lebih memperbaiki keadaan diantara kami
اي اصلح احوال بيننا
Disebutkan dalam al-majmu’: yang dimaksud dzat adalah sesuatu yang bentuk dan materinya cenderung kepada sesuatu yang lebih lemah (lebih buruk) dari dzat tersebut (bisa diartikan sebagai nafsu)
قال في المجمع:ذات الشئ نفسه وحقيقته والمرادمااضيف ﺇليه
Dan memperbaiki dzat (nafsu) yang rusak adalah memperbaiki keadaan nafsunya
ومنه صلاح  ذات البين اي صلاح احوال بينكم
Hingga menjadikannya keadaan yang teguh (pada kebenaran), cenderung pada cinta dan lebih baik
حتي يكون احوال الفة ومحبة واتفاق
Jika ada keadaan yang ditutup-tutupi kerusakan (kebusukan nafsunya) tetap saja dikatakan sebagai nafsu yang rusak (busuk)
قال ولماكانت احوال ملابسة للبين قيل لها ذات البين
(jalan kesejahteraan)
(سبل السلام)
Jamak dari سبيل maksudnya adalah jalan-jalan keselamatan
جميع سبيل اي طرق السلامة
(jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji)
(وجنبنا الفواحش)
Yaitu dosa-dosa besar seperti zina
اي الكبائر كالزنا
(baik yang nampak dan yang samar)
(ما ظهر منها وما بطن)
Yaitu yang nampak perbuatannya maupun yang samar (tersembunyi) perbuatannya
اي علانيتها وسرها
(sempurnakanlah nikmat itu)
(أتمها)
Meminta kesempurnaan dari nikmat[7]
امر من اتمام

F.     Aspek Pendidikan (Dorongan Untuk Memanfaatkan Panca Indra)
Sebagai sumber ilmu pengetahuan yang ketiga panca indra yang terdapat pada manusia mempunyai banyak kegunaan sebagai sarana mendukung dan melengkapi manusia untuk mencari ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
Menurut Fajri Alatas, dalam pandangan Islam, tubuh memiliki karakteristik yang fundamental bagi manusia. Tubuh adalah tempat bersemayamnya panca indera, sehingga dengannya manusia dapat melihat, meraba, mencium, mendengar dan merasa.
Sedangkan menurut Amman ‘Abd al-Mu’min Qahif menggunakan Surat al-Sajdah: 9
sebagai landasan bahwa panca indra merupakan sumber ilmu pengetahuan. “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”[8]
Pendapat kedua tokoh tersebut telah membuktikan betapa pentingnya panca indra bagi manusia sebagai sumber ilmu pengetahuan dan QS. Al-Sajdah: 9 juga telah membuktikan bahwa Allah Swt. telah memberikan panca indra kepada manusia untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin dalam mencari ilmu pengetahuan baik itu ilmu agama ataupun ilmu umum.
Hubungannya dengan hadis di atas sebagai dorongan untuk memanfaatkan panca indra semaksimal mungkin adalah dalam kalimat hadis terakhir tertuliskan artinya “Dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri nikmat Engkau berterima kasih lagi menerimanya dan sempurnakanlah nikmat itu atas kami.” Pada hadis tersebut sudah jelas bahwa kita didorong untuk memanfaatkan panca indra yang telah Allah Swt. berikan kepada seluruh manusia dalam mencari ilmu pengetahuan dan dengan melakukan atau memanfaatkan panca indra sebaik mungkin atau semaksimal mungkin telah menunjukkan adanya rasa bersyukur terhadap Allah Swt.
Hikmah adanya hadis tersebut adalah agar manusia lebih baik lagi dalam menggunakan atau memanfaatkan panca indra yang telah diberikan Allah Swt., sebagai bukti syukur terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. kepada manusia, dan bukti bahwa Islam tidak hanya menyuruh umatnya untuk mencari ilmu agama tetapi juga untuk mencari ilmu yang bersifat umum, serta bukti bahwa segala yang telah diberikan oleh Allah Swt. kepada manusia selalu ada manfaatnya.




























PENUTUP

Sumber ilmu pengetahuan panca indra terdapat dalam urutan ketiga dan manusia dianjurkan untuk memanfaatkan panca indra semaksimal mungkin karena hal itu merupakan bagian dari atau salah satu jalan untuk mendapatkan atau mencari ilmu.
Dalam surat al-Sajdah: 9 sebagai landasan bahwa panca indra merupakan sumber ilmu pengetahuan. “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
Dengan adanya salah satu ayat Alquran tersebut, maka jelaslah bahwa panca indra merupakan sumber ilmu pengetahuan. Dan dengan adanya hadis tersebut, lebih jelas lagi untuk mendorong manusia memanfaatkan atau menggunakan panca indranya semaksimal mungkin dalam mencari ilmu atau mendapatkan ilmu baik dalam ilmu agama maupun dalam ilmu umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar