MAKALAH
MEMANFAATKAN PANCA INDERA UNTUK MENCARI ILMU
Makalah di susun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : M. Hufron
Di Susun oleh :
IDA ARISETIYA
2021110063
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN)
PEKALONGAN
2012
PENDAHULUAN
Setiap
orang yang mempelajari ilmu hadits ini harus mengetahui bahwasanya
semua landasan dan aturan mendasar dari ilmu riwayat dan penukilan kabar
itu sudah termaktub dalam Al-Qur`an dan sunnah. Di dalam Al-Qur`an
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti.” (QS. Al-Hujurat: 6)
Ilmu
adalah sesuatu yang sangat penting untuk perkembangan manusia, dengan
ilmu manusia dapat mengerti apa yang belum ia mengerti. Dalam menuntut
ilmu hendaknya secara optimal, dalam artian memanfaatkan sesuatu yang
telah dimiliki untuk mencari ilmu, seperti yang diajarkan dalam hadits
nabi yaitu memanfaatkan panca indera untuk mencari ilmu. Dalam makalah
ini akan dijelaskan mengenai hadits tentang pemanfaatan panca indera
dalam mencari ilmu.
PEMBAHASAN
A. MATERI HADITS
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسّلَّمَ يَقُوْلُ : نَضَّرَ اللهُ إِمْرَاَءً سَمِعَ مِنَّا شَيْأً فَبَلَغَهُ كَمَا سَمِعَ فَرُبَّ مُبَلِّغُ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ, قَالَ أَبُوْعِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَقَدْ رَوَاهُ عَبْدِ اْلمَالِكُ بِنْ عُمَيْرِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بِنْ عَبْدِ اللهِ
B. TARJAMAH
Dari Abdullah bin Mas’ud Ra berkata:” Saya telah mendengar Nabi SAW bersabda:” Semoga Allah menjadikan berseri-seri wajah seseorang yang mendengarkan sesuatu dari kami kemudian dia menyampaikannya sebagaimana yang dia dengarkan. Boleh jadi yang disampaikan lebih memahami dari yang mendengar (langsung) “.
Abu Isa berkata : ini hadits hasan yang shahih dan juga abdul malik bin ummair menceritakannya dari Abdurahman bin abdillah.
C. MUFRODAT
Berseri/melezatkan/menikmatkan | نَضَّرَ |
Seseorang | إِمْرَاَءً |
Mendengar | سَمِعَ |
Sesuatu | شَيْأً |
Menyampaikan | فَبَلَغَهُ |
Lebih paham/paham | أَوْعَى |
Dari kita | مِنْ |
Orang yang mendengar | سَامِعٍ |
D. BIOGRAFI PERAWI HADITS
Abdullah ibn Mas’ud adalah Abdullah ibn Mas’ud ibn Ghafil ibn Habib al-Hudzaly, seorang sahabat Nabi SAW yang pernah bersumpah setia kepada Bani Zuhra. Ibnu Mas’ud wafat di Madinah pada tahun 32 H, dan dikebumikan di Al-Baqi’. Jenazah beliau dishalatkan oleh Utsman.
Ibu beliau bernama Ummu Abdillah binti Abu Daud ibn sau-ah yang juga memeluk agama islam di permulaan islam, turut berhijrah dua hijrah, turut dalam perang Badar dan peperangan selanjutnya dan beliau selalu menyertai Nabi SAW dan menjadi penjaga sepatu Nabi SAW.
Beliau meriwayatkan sejumlah 848 hadits. Al-Bukhary dan Muslim menyepakati sejumlah 64 hadits, 21 diantaranya diriwayatkan oleh Al-Bukhary sendiri dan 35 diantaraanya oleh Muslim.
Beliau menerima hadits dari Nabi SAW dari Umar dan dari Sa’ad ibn mu’adz. Hadits-hadits beliau diriwayatkan oleh dua orang putranya yaitu Abd Ar-rahman dan Abu Ubaidah, putra saudaranya, Abdullah ibn utbah dan istrinya zainab ats-tsaqatsiyah. Diantara para sahabat yang menerima hadits dari beliau ialah abdillah, abu musa, abu rafi’, abu syuraih, abu said, jabir, anas, abu ju’hafah, abu umamah, abuth thufail. Diantara para tabi’in ialah al qomah masruq syuraih al-qadhi, abu wa’il abd ar-rahman ibn abi laila, abu utsman an-abdy dan lain-lain.
E. HADITS PENDUKUNG
عَنْ ابْنِ أَبِي بَكْرَةَ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ : ]… أَلَا لِيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يَبْلُغُهُ أَنْ
يَكُونَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ [ رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Bakrah r.a dari Nabi SAW bersabda:”… Perhatikanlah, hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, sebab boleh jadi sebagian orang yang disampaikan lebih paham dari orang yang (langsung) mendengar “.
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ
“Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengar hadits dariku lalu menghafalnya dan menyampaikannya kepada orang lain. Karena terkadang orang yang membawa fiqhi (hadits), dia menceritakannya kepada orang yang lebih faqih darinya, dan terkadang orang yang membawa fiqhi itu sendiri itu bukanlah orang yang faqih.” (HR. Abu Daud no. 3175, At-Tirmizi no. 2580, dan Ibnu Majah no. 226 dari Zaid bin Tsabit)
“Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengar hadits dariku lalu menghafalnya dan menyampaikannya kepada orang lain. Karena terkadang orang yang membawa fiqhi (hadits), dia menceritakannya kepada orang yang lebih faqih darinya, dan terkadang orang yang membawa fiqhi itu sendiri itu bukanlah orang yang faqih.” (HR. Abu Daud no. 3175, At-Tirmizi no. 2580, dan Ibnu Majah no. 226 dari Zaid bin Tsabit)
F. ASPEK TARBAWI
Indera adalah termasuk sarana terpenting yang dapat mrmbantu manusia membangun peradaban di bumi dan melaksanakan tugas kekholifahan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Perintah Nabi SAW untuk mendengarkan haditsnya, menghafalkannya, dan menyampaikannya kepada yang belum mendengarnya dan beliau menjanjikan bagi yang menyampaikannya berupa pahala yang sangat besar.
Dalam
ayat dan hadits di atas terdapat landasan awal dari kewajiban meneliti
dan memeriksa sebuah kabar sebelum kabar tersebut diterima. Juga menjadi
landasan dalam hal bagaimana cara memeriksanya, memperhatikannya,
menghafalnya, dan berhati-hati dalam menyampaikan kabar tersebut kepada
orang lain.
Dan
sebagai perwujudan dari perintah Allah dan Rasul-Nya ini, para sahabat
radhiallahu anhum senantiasa melakukan tatsabbut (mengecek kebenaran)
dalam menukil dan menerima sebuah kabar, terlebih lagi jika mereka
meragukan kejujuran orang yang membawa kabar tersebut. Maka dari sisi
inilah muncul pembahasan mengenai sanad sebuah kabar dan bagaimana
pentingnya kedudukan sanad dalam menerima atau menolak suatu kabar.
Begitu
juga kita sebagai manusia biasa, hendaknya selalu berhati-hati dalam
menerima kabar, maksudnya adalah kita harus mencari tahu kebenaran dari
kabar tersebut sebelum disampaikan kepada orang lain. Dan juga saat
menyampaikan sebuah kabar kepada orang lain kita harus menggunakan
perkataan yang baik agar tidak terjadi salah paham ataupun salah
menerima kabar, hal tersebut patut diperhatikan karena dapat berakibat
fatal apabila terjadi salah paham atau salah tangkap dalam menerima
kabar atau informasi tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar